Berdasarkan penelitian dari Journal of Investigate Dermatology: Two percent of people carry an unusual form of a specific gene (ABCC11) that means their armpits never smell. Wow! Setelah membaca ini seketika merasa normal. Hahaha. Siapa lagi yang punya masalah bau tidak sedap pada ketiak? Kali ini aku mau sharing tentang deodoran antibakteri vs antiperspiran. Plus, pengalamanku setelah 3 bulan detox deodoran dan bagaimana sekarang sebulan setelahnya.

Jump to:
Tapi, penelitian tersebut bukan berakhir disitu. Disebutkan bahwa: While only 2 percent of Europeans lack the genes for smelly armpits, most East Asians and almost all Koreans lack this gene, Day told LiveScience. Termyata angka 2% ini untuk orang Eropa, sedangkan kebanyakan orang Asia Timur dan hampir seluruh orang Korea tidak punya masalah bau badan. Nah loh, apakah diriku keturunan Eropa? ?
Memulai detox
Alasan mulai detox simply karena ketiak mulai terasa tidak nyaman. Memang bau badan berkurang, tetapi muncul masalah lain yang sangat mengganggu, seperti rasa gatal berlebihan dan rasa panas.
Plusnya jadi ibu rumah tangga adalah most of the time waktu digunakan di rumah. Jarang bertemu orang selain anak dan suami. Disinilah aku mulai pede hidup tanpa deodoran.
Hidup tanpa deodoran
Selama tidak pakai deodoran itu aku:
- Makin jarang keluar
- Mandi bisa sampai 5x sehari
- Ganti baju minimal 3x sehari
- Hampir ga pernah berani ngangkat tangan (haha)
- Pakai jilbab se-siku
Yang tetap ga aku lakukan itu masih tidak pakai parfum aja dan ga pakai apapun pengganti deodoran.
Ada apa dengan deodoran?
Eh tapi, ada apa sih dengan deodoran?
Satu-satunya bahan kimia yang dipakai di daerah ketiak selain sabun adalah deodoran. Nah, berdasarkan beberapa artikel yang aku baca, partikel dari deodoran, khususnya antiperspirant menggunakan cara kerja dengan menghambat kelenjar keringat.
Kemungkinan besar, partikel dari antiperspirant tersebut tidak bersih sepenuhnya ketika dipersihkan dan meninggalkan sisa di ketiak sehingga menyebabkan iritasi.
Lalu apakah deodoran tidak boleh sama sekali dipakai? Next di bawah akan dijelaskan lagi yaa..
Macam-macam deodoran
Selain ada deodoran alami vs tidak alami, ada juga deodoran antibakteri vs anti perspirant.
Deodoran alami adalah dengan menggunakan bahan-bahan dapur atau bahan baku yang belum diproses di pabrik, seperti:
- Tawas
- Bawang putih
- Cuka
- Madu
- Lemon, dan
- Jahe.
Deodoran jenis ini bisa jadi efektif atau tidak efektif atau bahkan memperparah kondisi kulit apabila tidak cocok.
Aku sendiri sudah ga berani pakai kosmetik pengobatan kulit alami buatan sendiri karena saat remaja dulu pernah pakai resep bawang putih untuk menghilangkan jerawat. Yang ada malah kulitnya jadi menghitam. Ngeri banget waktu itu. Untung saja berangsur-angsur kembali normal lagi.
Alhasil untuk urusan deodoran aku pakai deodoran non-alami meskipun kalau bisa walaupun non-alami tetap tidak mengandung bahan-bahan berlebihan atau bahan-bahan berbahaya.
Baca juga: Contoh Jadwal Harian Ibu Rumah Tangga
Deodoran tidak alami (atau kimiawi) ada dua macam:
- Antibacterial
- Antiperspirant
Keduanya dimaksudkan untuk menambah kenyamanan di area ketiak dan tentunya menambah percaya diri dengan cara yang berbeda.
Deodoran antibakteri
Yang patut ‘disalahkan’ perihal bau yang muncul di ketiak adalah bakteri. Keringat adalah faktor kedua. Apabila keringat sudah bercampur dengan bakteri, muncullah bau yang tidak kita inginkan tersebut.
Jadi, untuk orang-orang beruntung yang tidak mengalami masalah bau badan, ada dua faktor penyebab. Bisa jadi mereka tidak banyak berkeringat atau di ketiak mereka tidak terdapat bakteri penyebab bau.
Deodoran antibakteri berfungsi membasmi bakteri penyebab bau badan. Seringkali ditambah kandungan parfum untuk ’menyarukan’ bau badan yang masih muncul.
Deodoran antiperspirant
Deodoran antiperspirant ini selangkah lebih maju dibanding deodoran antibakteri. Tidak hanya menghilangkan bakteri, antiperspirant menghambat keluarnya keringat sebagai faktor lain pemicu bau badan.
Kadangkala kita sudah memakai deodoran antibakteri, tetapi masih saja bermasalah di bau badan. Antiperspirant ini solusinya.
Meskipun begitu, penggunaan deodoran antiperspirant masih banyak pro kontra karena sifatnya yang menghambat keluarnya keringat yang seharusnya harus dikeluarkan. Keringat yang seharusnya keluar, tetapi masih tertahan di tubuh mungkin bisa menyebabkan masalah lain. Selain itu, kandungan aluminium di dalam deodoran antiperspiran disebut menyebabkan efek samping yang lain terhadap kulit.
Kesimpulan: mencegah bau tidak sedap pada ketiak
Jadi bagaimanakah solusi terbaik untuk masalah bau badan ini?
Setelah 3 bulan tanpa deodoran, aku memutuskan demi kemaslahatan bersama hehe untuk menggunakan deodoran kembali, tetapi dengan beberapa syarat.
Dari berbagai bacaan dan pengalaman pribadi, aku menyimpulkan sekian hal di bawah ini dan poin-poin ini yang kurang lebih masih aku lakukan sekarang:
- Sebisa mungkin ada hari dimana tidak menggunakan produk deodoran apapun.
- Mandi dua kali sehari (minimal satu kali) dan ada salah satunya yang tidak pakai deodoran.
- Menggunakan deodoran antibakteri ketika beraktifitas normal.
- Menggunakan deodoran antiperspirant ketika beraktifitas di keramaian dan di tempat yang kemungkinan berkeringat banyak.
Semoga bermanfaat!
Thanks so much for following along! Have a wonderful day!
Leave a Reply