Siapa yang sudah pernah dengar istilah “word of the year”? Buat yang belum tahu, word of the year simply adalah satu kata yang kita tentukan sebagai semacam moto untuk satu tahun ke depan. Sekarang memang sudah hampir akhir januari, tapi belum terlambat, kok 😉
Jump to:
Nah, satu kata ini bisa apa saja. Kalau mau lihat sumber aslinya bisa ke website ‘resminya’ disini atau kalau mau cari inspirasi kata-kata buat word of the year bisa cek disini.
My word: Create
Just create.
Less consuming, more creating.
Kadang di dunia yang saat ini semua serba mudah dijangkau, kita sering terperangkap ke lebih banyak menyerap informasi—lebih banyak research dibanding menghasilkan sesuatu.
Kita merasa overwhelmed dengan begitu banyak hal, pengetahuan, dan itu tadi, informasi, yang ada di sekitar, yang membuat kita merasa seperti belum cukup.
Apalagi, ada pepatah yang menyebutkan, “Lebih baik kita menghabiskan sekian waktu mengasah pisau, dibanding langsung menebang pohon dengan pisau tumpul.”
Tapi siapa yang bisa mendefinisikan kapan saatnya berhenti mengasah?
My case #1: Being self-taught
Sudah lebih dari 3 tahun belakangan aku menghabiskan waktu untuk belajar, membaca, scroll instagram, kepo blog, dan googling tentang art. Termasuk history, segala macam media lukis, dan menyimak online course.
Berbeda dengan sekolah dan kuliah, yang namanya self-taught itu tidak ada yang memberi perintah dan memberi tugas. Semua is up-to-you.
Ikut berbagai macam kelas, tapi ga ngerjain assignment?
It’s okay.
No. It’s actually NOT okay.
Saat ini aku baru menyadari positifnya kuliah. Kita tidak hanya ‘dipaksa’ untuk ‘belajar’, tetapi juga ‘dipaksa’ untuk ‘menghasilkan’.
Entah itu dalam bentuk essay, kuis, makalah, dan sebagainya.
Argh, I wish I was a fine art student.
My case #2: Researching
Kalau case #1 adalah sisi positif dari kuliah, case #2 adalah sisi negatif dari kuliah haha—yaitu too much researching.
Bedanya akademisi dengan praktisi gitu lah (ga tau bener ga nih pengandaiannya).
Yang satu lebih banyak research, mempelajari satu hal dengan dalam, dibanding melakukan.
Aku sendiri termasuk seorang akademisi (dulunya). Ngajar di kampus dan konsultan—yang mana keduanya melibatkan banyak riset.
Dibanding, teman lain yang langsung terjun ke dunia korporat atau pemerintahan—which is lebih ke praktisi.
Semoga di 2021 ini lebih banyak praktik dibanding riset.
My case #3: The trap of comparison
“Don’t compare your beginning with someone else middle.”
Mudah dikatakan, tidak mudah diterapkan.
Adanya sosial media memperparah ini. Selain mempermudah orang untuk melihat karya orang lainnya, tapi karya itu sudah sedemikian dipoles dan tanpa penjelasan yang seharusnya.
Seperti berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuatnya? Apa skill yang dipunyai orang tersebut? Apakah kita sudah menyediakan waktu dan berusaha memperoleh skill yang dibutuhkan?
Kebanyakan, aku pribadi hanya melihat hasil tersebut dan merasa down karena tidak bisa membuat karya yang seperti itu.
Kadang terlintas di pikiran, “Kalau sudah ada orang yang bisa membuat karya seperti itu, mengapa aku perlu capek-capek berusaha membuat karya yang sama?.”
So, what’s your word of the year of 2021?
Thanks so much for following along! Have a wonderful day!
Leave a Reply