Mulai tahun 2000-an, usaha berbentuk franchise mulai banyak digemari masyarakat. Bagi pembeli franchise (franchisee), sistem usaha berbentuk franchise ini menarik karena kita hanya perlu menyiapkan investasi dan menjalankan bisnis yang sudah punya merk dan sistem. Bagi penjual franchise (franchisor), bisnis waralaba menguntungkan karena bisa melipatgandakan keuntungan hanya dengan menjual merk yang sudah terkenal dan menjalankan sistem yang sudah ada. It's that simple.
Lalu kenapa saya menulis artikel ini?
Yup, karena kenyataannya tidak selalu demikian. Frachisee tidak hanya tinggal setor modal dan (mungkin) franchisor juga tidak hanya ongkang-ongkang kaki (i'm not a franchisor jadi tidak akan bahas lebih jauh tentang ini).
***
Saya berminat terjun ke bisnis franchisee karena alasan yang sama seperti mayoritas franchisee dan sesuai dengan yang saya sampaikan di paragraf pertama tadi, yaitu untuk memperoleh penghasilan (sampingan) dengan tanpa usaha berlebih. Di luar gagasan idealis (seperti ingin memperkenalkan makanan tertentu ke lingkungan baru, menyehatkan bangsa dengan makanan/minuman A atau B, dan membantu membantu yang lainnya...), tentu keinginan saya yang utama adalah memperoleh penghasilan..
Kok selfish banget sih?
Ya jelas dong.. kalau repot-repot ngabisin banyak waktu untuk research, desain, dsb, ya mendingan bikin merk sendiri kan hihi 🙂
Kembali ke topik.. Saya mulai ambil franchise X pada Oktober 2015 saat menghadiri pameran waralaba di Senayan. Pameran franchise ini dilaksanakan sekitar bulan September atau Oktober setiap tahunnya. Fyi, pameran ini berbayar, tapi bisa gratis kalau daftar online sebelum acara.
Semua stan pasti menawarkan sistem waralaba dengan keuntungan yang wah, dengan jangka waktu balik modal yang cepat, tentunya dengan usaha yang minimal. Semua stan saat itu terlihat profitable dan menggiurkan untuk dijalani.
Akhirnya, saya memutuskan untuk ambil waralaba X yang memang sudah saya rencanakan sebelumnya.
Singkat cerita, usaha saya tidak langsung jalan setelah membeli. Karena, saat itu saya baru pindah rumah (belum kenal warga sekitar untuk direkrut jadi karyawan), baru punya anak kecil (ga punya banyak waktu bebas), dan buta dalam hal masak-memasak (yang mana diperlukan untuk membuka booth). Franchisor-nya pun terkesan kurang terlibat seperti janji di awal untuk membantu (yang mana saya sudah menceritakan kondisi saya ke mereka)... Walhasil saya sampai sekarang belum pernah buka booth :p
Untungnya, saat itu, pewaralaba tersebut mengeluarkan produk baru untuk dijual secara kemasan mentah, sehingga saya pun tertarik untuk memasarkan online maupun offline..
Mulai bulan Oktober atau November 2015, dengan usaha secara 'asal-asalan', keuntungan paling 'hanya' Rp500.000 per bulan. Baru mulai tengah tahun ini saya mulai seriuskan (berhubung anak pertama udah lumayan besar dan anak kedua masih di kandungan) dan alhamdulillah keuntungannya berkali lipat, bisa sama seperti yang jual di booth 🙂
Tapi jangan senang dulu, hehe. Karena keuntungannya (menurut saya) tidak sebanding dengan usaha dan waktu yang dihabiskan yang membuat saya agak kecewa (pernah dibahas di artikel sebelum ini).
Bahkan ada franchisee yang sampai mengeluarkan statement bahwa ini adalah kali pertama dan terakhir ia membeli franchise 🙂 dan juga beberapa komentar dari franchisee yang kecewa sehingga setelah membeli, bisnisnya tidak dijalankan sama sekali. Sayang kan....
Untuk itu, saya akan share tips saya supaya teman-teman yang minat usaha franchise tidak jatuh ke lubang yang sama 🙂
Dari Pengalaman Franchise ke Tips Memilih Franchise
1. Pilih bidang usaha sesuai minat atau berupa pemecahan atas masalah yang ada di sekitar
Saya cukup bermasalah dalam memasak makanan anak. Dulu, anak saya banyak diberi Milna dan makanan instant lainnya, yang meskipun ada izin bpom = sehat, tetap saja judulnya makanan instan hehe. Akhirnya saya banyak beli makanan bayi yang homemade dijual di booth dekat rumah.
2. Pilih bidang usaha yang kita punya pengetahuan di dalamnya
Ini salah satu kesalahan saya.. Waralaba yang saya pilih sudah masuk ke minat saya, tapi sayangnya saya ga bisa melakukannya sendiri, harus belajar dsb. Sehingga kalau kerjasama ga berjalan lancar, seenggaknya saya bisa jalan sendiri minimal sampai balik modal atau sampai ada yang mau takeover.
3. Tanya-tanya ke mitra yang sudah berpengalaman
Setiap industri dan merk pasti punya positif negatif yang berbeda. Biasanya setiap produk punya website atau minimal akun facebook yang menampilkan lokasi dan nomor telepon mitra-mitranya. Nah, coba cek kesini. Tanya kesan pesan terkait kerjasama yang ia jalani selama ini..
4. Googling tentang pengalaman orang lain, baik tentang produk maupun waralaba
Jarang orang yang puas dengan suatu produk menulis komentar yang baik di sana sini. Tetapi, kalau orang yang kecewa biasanya akan menyebarkan info tentang kekecewaanya, hehe. Kemungkinan ada lah satu dua orang yang tulis komentar di dunia maya.. Kita bisa tuh baca-baca supaya ada bayangan apa kemungkinan terburuk yang mungkin bisa terjadi.
5. Setelah kurang lebih terkumpul info yang memadai tentang pewaralaba yang kita minati, silakan konfirmasi ke yang bersangkutan
See? Tujuan kita research segala macam tadi bukan cuma cari kejelekan pewaralaba, tapi lebih kasih kita lampu kuning dan ga asal excited aja melihat angka di proposal. Disini, kita sampaikan masalah yang tadi udah kita perkirakan dan kekhawatiran kita akan bisnis tersebut. Lihat bagaimana si pewaralaba menanggapi pertanyaan kita.
Sudah siapkah berbisnis waralaba? 😀
Selain franchise, kita bisa mulai jualan di marketplace atau coba dropship.
Semoga info di artikel membantu. Good luck!
Thanks so much for following along! Have a wonderful day!
Agueda Greiner says
Did you know that contact form messages like these are in effect an effective method to get more sales for your website? How do we do this? Easy, we craft an ad for you and we blast it out to thousands contact pages on any site in any business niche or location you like. Does this method of advertising work? Since you've ready my entire message then you're proof that they do! What's more, this won't cost you much more than a cup of coffee a day! Want to get more info? shoot us a quick email to: [email protected]