Bercocok tanam di rumah bukan hal baru untuk masyarakat kita. Di halaman, di atas rumah, hingga bertanam di wadah bekas. Disadari atau tidak, kegiatan berkebun semakin lama semakin berkurang. Saatnya melestarikan kembali kebiasaan baik itu.

Jump to:
Definisi urban farming
Urban farming = urban agriculture = urban gardening adalah praktik menanam, mengolah, dan mendistribusikan makanan di/sekitar wilayah perkotaan.

Urban farming mencakup peternakan, perikanan, menanam pohon, lebah, dan hortikultura (buah, sayur, tanaman hias).
Manfaat urban farming
Bertanam di rumah apalagi di perkotaan memang tak akan bisa mencukupi kebutuhan makanan harian.
Manfaat yang bisa kita ambil diantaranya:
- Lebih dekat dengan alam. Anak-anak jadi tahu sumber dari makanan yang mereka konsumsi. Lebih menghargai dan mengapresiasi apa-apa yang biasanya mereka dapatkan begitu saja.
- Ketahanan pangan. Bukan maksudnya kita bisa memperoleh semua dari hasil kebun, tetapi lebih kepada fleksibilitas dan memiliki pilihan. Misalnya, harga cabe naik, kita bisa memetik cabe di rumah. Harga telur mahal, kita bisa konsumsi telur dari ayam petelur di rumah.
- Hemat. Terutama yang dikonsumsi harian, seperti sayuran, cabe, ikan, ayam. Tidak perlu membeli dari luar. Dan berefek dari poin sebelumnya, apabila harga sedang naik kita punya pilihan makanan lain dari kebun sendiri.
- Lebih dekat akses ke makanan. Bila masih tengah pekan tapi belanjaan mingguan habis dan mager belanja, kita bisa petik sendiri dari rumah.
- Pemandangan hijau. Tidak perlu jauh-jauh ke Puncak. Setiap hari bisa memandang yang hijau-hijau di halaman. Apalagi kalau pelihara ayam (suara kokok di pagi hari) dan pelihara ikan (suara gemericik air). *menulisnya aja udah berasa tenang hihi.

Trik sukses bercocok tanam
Untuk awalan, pilih tanaman yang mudah ditanam dan cocok dengan daerah tempat tanam (dataran tinggi/rendah). Juga, kita bisa pilih tanaman yang 'pada dasarnya' cepat tumbuh dan minim perawatan.
Supaya lebih termotivasi menanam, aku lebih suka tanaman yang dikonsumsi sehari-hari dan yang tidak bisa disimpan di kulkas (tidak bisa distok), seperti sayuran hijau (bayam, sawi, kemangi).

Untuk hewan, aku pilih yang perawatan mudah dan bisa ditinggal. Contohnya lele dan nila.
Kepingin sih pelihara ayam karena katanya juga gampang perawatannya, cuma masih belum berani hehe.
Apa saja yang dibutuhkan?
Peralatan urban farming banyak macamnya, terutama saat menjadi tren beberapa tahun belakangan.

Mulai dari cangkul mini berbagai jenis, hingga paket lengkap bercocok tanam.
Tapiii.. dari sedikit pengalamanku, yang paling penting adalah tanah yang bagus dan kasih sayang. Hehe.
Tanah yang hampir pasti bagus, bisa kita dapat dalam bentuk media tanam. Lebih jauh lagi, bisa kita tanyakan ke penjualnya jenis yang bagus untuk tanaman khusus untuk yang mau kita tanam. Misal mau tanam sayur, bisa minta media tanam untuk sayur yang bagus yang mana.

Poin terpenting selanjutnya adalah kasih sayang. Harapkan yang terbaik saat kita menanam.
Katanya sih, lebih baik saat menanam langsung menggunakan tangan---tidak menggunakan cangkul dan sarung tangan, baik saat mengaduk tanah maupun menebar benih.
Ada juga yang bilang setelah ditanam jangan sering-sering dilihat (tapi jangan lupa disiram). Katanya bakal tumbuh. Ga tau juga sih cuma katanya katanya seringkali benar hahaha.
Untuk pot, apalagi masih awalan, ga perlu pot yang unik.. karena harganya pasti lebih mahal. Bisa pakai pot yang hitam kecil (5ribuan) atau pot dari wadah bekas. Kalau menurutku sih lebih banyak lebih baik, jadi dilihat yang mana yang lebih tumbuh. Makin banyak nanam, kemungkinan yang tumbuh juga makin besar 😀
Untuk bibit, di pasaran seperti tokopedia dan shopee atau di supermarket sudah banyak yang jual ya.. Tapi kita juga bisa ambil bibit dari tanaman tetangga atau sisa bahan dapur.
- Cabe: biji cabe yang dikeringkan
- Kemangi: ambil benih yang banyak di ujung dahan
- Jahe/kunyit/temulawak: langsung tanam
- Bawang merah/bawang putih: langsung tanam

Thanks so much for following along! Have a wonderful day!
Leave a Reply