Hanya dengan mereview 11 pengeluaran ini kita bisa hemat banyak. Hemat bukan berarti hidup susah, melainkan mengalokasikan dana (our HARD-EARNED money) ke pos yang lebih bermakna atau ditabung untuk keperluan yang lebih besar di masa depan.
Jump to:
1 | Langganan
Contoh langganan yang bisa direview ulang:
- Majalah (terakhir kyny aku langganan majalah itu tahun 2015)
- TV kabel (bukan cuma langganan/ga langganan, tapi juga paket yang dipilih)
- Paket data
- Wifi
- Unique to hobi atau pekerjaan. Kalau aku: Adobe suite, Canva premium, stock images, Skillshare.
2 | Air Minum
Mulai tahun 2016, aku pindah beli air yang tadinya merk terkenal ke air isi ulang pegunungan.
Dapet review dari ARTku yang lama, katanya air isi ulang yang paling enak itu disitu dan lebih enak dari air hasil rebus sendiri.
Bandingkan harganya--brand ternama dengan harga Rp19.000 vs air isi ulang Rp6.000. Ditambah ada free 1 galon setiap pembelian 10 galon. Makin hemat! 😀
Air isi ulang juga sekarang semakin bagus tampaknya ya, ga seperti awal-awal muncul dulu. Bahkan sudah ada franchisenya, seperti Air Minum Biru.
3 | Listrik
Ada orang yang terbiasa dengan cahaya seadanya. Kalau aku sendiri perlu pembiasaan cukup lama untuk ke kebiasaan ini. Kalau ga sampai teraaaang banget kyny bawaannya ngantuk melulu.
Beberapa yang bisa dihemat:
- Matikan lampu yang tidak perlu. Paling mudah sih saat tidur siang atau malam pastikan semua lampu mati.
- Sebisa mungkin dapat cahaya dari luar. Bisa dari jendela, buka pintu, atau atap transparan. Mengurangi penggunaan lampu.
- Denger-denger sih biaya listrik lebih mahal jam 17-22, betul ga ya? Aku sendiri sebisa mungkin menghindari menyalakan yang wattnya besar di jam segitu. Kalaupun biayanya ternyata sama aja, minimal mengurangi beban PLN yang di jam tersebut banyak terkuras pembangkitnya.
- Hemat pemakaian mesin pompa air dengan cara menyalakan pompa saat air sudah hampir habis dan dinyalakan sampai pompa penuh. Karena pemakaian pompa besar listrik di awal saat dinyalakan.
- Saat setrika baju, semua baju dibalik dan dibagi berdasarkan lemarinya sebelum mulai nyetrika. Jadi bisa hemat waktu untuk balik-balik baju
4 | Dekorasi
Mulai dari yang murah seperti vas hingga yang mahal seperti lampu hias, dekorasi menjadi bagian pengeluaran yang cukup banyak, apalagi buat orang-orang visual (like me).
Altenatifnya, wall art bisa diganti printable, vas bisa diganti toples kaca bekas (minimalis!), dan lampu? bisa ditunda terlebih dahulu 😀
5 | Emotional Spending
Aku termasuk yang suka belanja saat lagi bahagia dan lagi stres. Kadang memang belanja bisa memperbaharui emosi, tapi tidak ramah di kantong.
Solusinya, sekarang aku suka buka tokopedia atau shopee, search barang-barang yang aku ingin, add to cart.... tapi ga checkout.
6 | Beli makan di luar
Makan adalah pengeluaran yang multiplier.
Berasa banget ketika saat ini keluargaku beranggotakan 5 orang versus dulu masih berdua sama suami + anak bayi yang belum makan nasi.
Sekecil beli lontong sayur pun, yang dulunya 20k, sekarang dikali 5 jadi 50k per orang. Belum lagi udah pada ngerti jajanan (donat? bakwan dan kawan-kawan?) yang juga turut nambah pengeluaran.
Penting banget ada meal plan supaya selalu ada makanan di rumah, yang bikin sayang jajan.
Efeknya lagi, semakin jarang beli makan di luar, sekalinya makan di restoran (untuk rayakan ulang tahun, naik kelas, dll) menjadi momen yang lebih istimewa.
7 | Barang baru
Dari zaman kuliah, kenal Pasar Senen, aku sudah sering belanja barang second. Apalagi sekarang di masa online shop makin marak.
Dari rumah bisa searching barang-barang second.
Di toped, misalnya, ketika cari sesuatu biasanya aku filter "second".
Ipad yang kupunya sekarang untuk job gambarpun kubeli second di toped.
Positifnya, di toped atau marketplace lain, belanja online lebih aman karena ada pihak ketiga (marketplace), sehingga kalau ada ketidaksesuaian dengan deskripsi, kita bisa komplain via apps.
Plus, di mp pasti ada review kan.. Nah, bisa cek review dan rating seller supaya lebih amannya.
Beberapa barang yang biasa kubeli bekas:
- Buku (pastikan jangan sampai bajakan)
- Pakaian (selain pakaian dalam :D)
- Makeup (banyak banget yang jual makeup karena ga sesuai warna loh, jadi ga takut ga higienis)
- Perlengkapan bayi, seperti stroller, baby bouncer, baby walker.
8 | Barang sekali pakai
Barang sekali pakai yang ada versi pakai ulangnya. Seperti:
- Tisu vs kain lap (kusuka microfiber)
- Termasuk sesuatu yang kemasan sachet vs kemasan besar (kecuali jajanan anak ya. Kalau kemasan besar cepet abis, bisa bangkrut?)
9 | Transportasi
Kalau bisa jalan kaki, jangan naik motor.
Kalau bisa naik motor, jangan naik mobil.
Kalau bisa naik angkutan masal, jangan naik mobil pribadi.
Kalau bisa mobil bahan bakar irit, jangan pakai bahan bakar boros.
10 | Ongkir dan Parkir
Harga belanja online seringkali lebih murah dibanding belanja di supermarket, tapi jangan lupa ada ongkir.
Beberapa marketplace biasanya ada program gratis ongkir yang bisa kita manfaatkan.
Kalaupun ada ongkir, suka kuhitung-hitung lagi apakah masih lebih murah online?
Juga jangan lupa hitung biaya parkir kalau belanja offline. Untuk mobil, sekali parkir paling ga 5.000. Untuk motor minimal 2.000.
11 | Ngopi2
Semenjak anak sudah bisa ditinggal, hampir tiap weekend aku ke tempat ngopi untuk nyelesain kerjaan.
Awalnya sih enak ya, bisa duduk berjam-jam tanpa suara nangis bocah (haha) di tempat yang cozy pula. Tapi lama-lama kok dihitung lagi jadi nambah budget banget.
Per datang minimal 45.000. Itupun kyny udah ga enak kalau ga pesen jajanan atau minum tambahan. Rata-rata aku habis 85.000 per duduk.
Belum lagi kalau suami ikut nongkrong, jadi dobel deh~
Thanks so much for following along! Have a wonderful day!
Leave a Reply